Muhammad Safei/Fotokita.net Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua yang ada di Indonesia dan merupakan cikal bakal terbentuknya kota Jakarta, Pelabuhan ini sempat berganti nama beberapa kali namun berdasar SK Gubernur DKI Jakarta tanggal 6 Maret 1974 nama Sunda Kelapa ditetapkan sebagai nama resmi pelabuhan ini.
- Pelabuhan Sunda Kelapa sejatinya sudah ada sejak abad ke-5 dan merupakan pelabuhan yang berada dibawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara.
- Namun pada abad ke-12 berpindah tangan menjadi milik Kerajaan Sunda.
- Sejak Kerajaan Sunda berhasil menguasai pelabuhan ini, Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil berkembang menjadi salah satu pelabuhan penting yang ada di pulau Jawa, mengingat lokasinya yang cukup strategis.
Baca juga: Haul Ke-48 Sukarno: Nasi dengan Kecap di Akhir Kekuasaan ‘Si Bung’ Selain pedagang-pedagang dari berbagai daerah di Nusantara yang melakukan kegiatan perdagangan di pelabuhan ini, tak jarang pedagang – pedagang asing dari negeri luar seperti Tiongkok, Arab, India, Inggris dan Portugis.
Bangsa Portugis bahkan membangun relasi dengan Kerajaan Sunda hingga diizinkan membuat kantor dagang di sekitar pelabuhan. Kesultanan Demak yang melihat hubungan Portugis dengan Kerajaan Sunda sebagai sebuah ancaman, kemudian merencanakan penyerangan atas Sunda Kelapa. Pada 22 Juni 1527,pasukan gabungan Kesultanan Demak-Cirebon dibawah pimpinan Fatahillah menyerang dan berhasil menguasai Sunda Kelapa dan merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
NAMA NAMA PELABUHAN DI INDONESIA
Peristiwa ini kemudian diingat sebagai ulang tahun Kota Jakarta. Setelah Demak berkuasa, Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman tiba pertama kali di Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1596 dengan tujuan utama mencari rempah-rempah, mengingat pada saat itu rempah – rempah merupakan komoditas utama di Belanda karena berbagai khasiatnya seperti obat, penghangat badan, dan bahan wangi-wangian.
- Baca juga: Patahnya Palu Sidang dan Firasat Harmoko Mengenai Kejatuhan Soeharto Pada tahun 1610 Belanda membuat perjanjian dengan Pangeran Jayawikarta atau Wijayakarta penguasa Jayakarta dan membuat suatu perjanjian.
- Dalam perjanjian tersebut, disebutkan bahwa Belanda diijinkan membuat gudang dan pos dagang di timur muara sungai Ciliwung.
Setelah perjanjian disetujui Belanda pun mendapat keuntungan yang besar akibat perdagangan rempah-rempah yang mereka lakukan di negeri asal mereka. Melihat keuntungan yang pesat, Belanda akhirnya memutuskan untuk melakukan ekspansi di Jayakarta dan kemudian menggant nama Jayakarta menjadi Batavia.
Pelabuhan Tanjung Priok berdiri tahun berapa?
Sejarah – Pelabuhan Tanjung Priok awalnya dibangun pada tahun 1877 dan selesai pada tahun 1883. Pembangunannya di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Johan Wilhelm Van Lansberge. Sebelum ada pelabuhan Tanjung Priok, kapal-kapal besar harus membongkar muatannya untuk dipindahkan ke kapal kecil yang dibawa dengan perahu melalui muara Ciliwung dari dan menuju Kota Lama.
Aktivitas ini pada mulanya lancar. Namun pasca meletusnya Gunung Salak pada tahun 1699, Sungai Ciliwung tidak lagi bisa dipakai sebab lumpur dan lahar membuat sungai dangkal. Pemerintahan Belanda kala itu pun memutuskan membuat kolam pelabuhan I di Pelabuhan Tanjung Priok. Tujuannya sebagai tempat singgah kapal besar, mulai dari kapal dagang dan kapal batu bara.
Baca juga: Jarak Tempuh Jakarta-Pelabuhan Patimban Hanya 2 Jam, Lebih Efisien Dibanding Tanjung Priuk Pembangunan kolam II kemudian diteruskan pada tahun 1914 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal AFW Idenburg. Pembangunan ini dilakukan dikarenakan pada tahun 1912 sempat terjadi arus kemacetan di kolam I.
Kemacetan terjadi karena saking banyaknya arus keluar masuk kapal dagang di kolam I. Oleh karenanya pemerintahan setempat memutuskan membuat kolam II untuk kebutuhan ruang kapal. Pembangunan kolam pelabuhan II akhirnya selesai pada 1917. Bersamaan dengan pembangunan kolam pelabuhan II, juga dibangun Stasiun Kereta Tanjung Priok.
Pembangunannya dibuat karena digunakan sebagai tempat menginap para penumpang yang menunggu kedatangan kapal. Arsiteknya kala itu ialah JCW Koch yang merupakan seorang Insinyur utama dari Staats Spoorwegen yakni salah satu perusahaan kereta api Hindia-Belanda.
- Pemerintah Belanda mengerahkan 1.700 tenaga kerja dengan 130 pekerja dari Eropa di dalamnya.
- Di dalamnya terdapat kamar-kamar yang bisa digunakan bagi para penumpang.
- Stasiun ini pun kemudian diresmikan pada 6 April 1925.
- Pembangunan kemudian dilanjutkan pada tahun 1921 untuk pelabuhan kolam III.
- Namun sayangnya sempat terhenti karena wabah malaria.
Akhirnya dilanjutkan pada tahun 1929 dan selesai tahun 1932.
Mbah Priok itu siapa?
Suara.com – Nama Mbah Priok kembali mencuat di publik, setelah seorang pemuda yang bernama Muhammad Salim Jindan Al Habsyi membuat tangangan terbuka kepada Marcel Radhival atau Pesulap Merah. Jindan disebut-sebut sebagai cicit dari Habib Hasan bin Muhamamad Al Haddad atau yang disebut sebagai Mbah Priok.
- Dalam satu kesempatan, Jindan menantang Pesulap Merah untuk membuktikan ilmunya dengan cara mengadakan adu tembak.
- Tantangan itu dilakukan bukan dengan senjata api, melainkan hanya dengan senapan angin.
- Nama saya Muhammad Salim Jindan Al Habsyi umur 22 tahun, mungkin untuk pembuktian ahli tembak langsung aja dengan Marcel ya.
Saya menantang Marcel Pesulap Merah adu tembak jarak dua meter ya,” kata Jindan di kanal Youtube Denise Chariesta. Baca Juga: Pria Ngaku Cicit Mbah Priok Tuai Cibiran Warganet Lalu siapakah Mbah Priok yang merupakan buyut dari Jindan? Berikut ulasannya.
- Asal-usul Mbah Priok Mbah Priok merupakan nama panggilan dari Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad.
- Ia merupakan seorang ulama dari Palembang, Sumatera Selatan, yang lahir pada 1727.
- Meski lahir di Pelambang, Habib Hasan merupakan seseorang yang keturunan Arab dari Hadramaut, yang masuk ke nusantara melalui Aceh.
Ia dipercaya sebagai sosok keturunan Nabi Muhammad. Sebelum menyiarkan agama Islam, Habib Hasan pernah belajar agama ke tanah leluhurnya, yakni Yaman. Setelah itu, ia aktif berdakwah ke sejumlah daerah. Baca Juga: Cicit Mbah Priok Tantang Pesulap Merah Adu Tembak Jarak 2 Meter, Dicibir Warganet: Ngaji! Ini Malah Nantang-Nantang Mbah Priok wafat Pada 1756, Mbah Priok hendak menuju Pulau Jawa bersama salah satu saudaranya, yakni Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad.
Tujuannya ingin merapat ke Pulau Jawa adalah untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Namun perjalanan keduanya menuju Jawa melalui jalur laut, mendapatkan banyak rintangan. Salah satunya adalah ketika kapal yang ditumpamginya menghadapi armada Belanda dengan senjata lengkap. Kapal mereka dihujani meriam, namun ajaibnya tetap bisa selamat.
Namun ketika ombak besar datang, kapal tersebut hanyut dihantam gelombang. Alhasil Mbah Priok dan saudaranya hanyut hingga ke semenanjung yang belum bernama. Ketika ditemukan, Mbah Priok suda tak bernyawa, sementara saudaranya masih hidup. Mbah Priok lalu dimakamkan di lokasi tak jauh jenazahnya ditemukan.
- Untuk menandakan makam tersebut, makamnya diberi nisan berupa dayung dang periuk.
- Inilah yang diduga menjadi asal nama Mbah Priok.
- Dan kini lokasi makamnya tersebut dikenal dengan nama Jalan Jampea no.6, Koja, Jakarta Utara.
- Hingga kini, makamnya masih ramai dikunjungi oleh para peziarah, karena sosoknya dianggap sebagai salah satu tokoh yang berjasa telah menyebarkan islam di Pulau Jawa.
Kontributor : Damayanti Kahyangan
Apa pelabuhan Sumatera Barat?
Terletak ± 7 km dari Selatan Kota Padang yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, Pelabuhan Teluk Bayur yang sebelumnya bernama Emmahaven dibangun pada 1893 di Kota Padang oleh pemerintah Hindia Belanda. Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan samudera yang terbuka untuk kegiatan perdagangan internasional di provinsi Sumatera Barat.
- Pelabuhan ini memiliki beberapa kawasan yang merupakan sentra kegiatan ekonomi di Sumatera Barat meliputi Muara Padang dan Air Bangis.
- Pelabuhan ini melayani berbagai jenis komoditas seperti batu bara, semen, clinker, minyak kelapa sawit, kayu manis, teh, moulding, furniture, dan karet, yang merupakan komoditas ekspor unggulan untuk benua Amerika, Eropa, Asia, Australia dan Afrika.
Saat ini, kontribusi utama PDRB Sumatera Barat berasal dari Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (24,84%); Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor (14,68%); serta Transportasi dan Pergudangan (12,05%). Informasi: Alamat : Jl. Jalan Semarang No.3 Teluk Bayur, Sumatera Barat, 25217 Email : [email protected] Telepon : (0751) 61646