2. Sunda – Bahasa Sunda cukup banyak dituturkan oleh penduduk pulau Jawa. Seperti di Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Tengah. Isolek Sunda di Jawa Barat terbagi menjadi dua, yaitu dialek (h) dan dialek non-(h). Persentase perbedaan antara keduanya adalah 60 persen.
Dialek (h) ini dituturkan di hampir seluruh wilayah Jawa Barat kecuali pesisir utara, seperti Bogor, Tasikmalaya, Kuningan, Bandung, Karawang, Subang, dan lainnya. Bahasa Sunda di Jawa Barat dengan bahasa Sunda yang tersebar di daerah lainnya memiliki persentase perbedaan berkisar 51-80 persen sehingga beda dialek.
Di Provinsi DKI Jakarta, bahasa Sunda kebanyakan tersebar di Kepulauan Seribu dan Jakarta Timur. Menurut perhitungan dialektometri, bahasa Sunda di DKI Jakarta dengan Sunda di Jawa Barat memiliki perbedaan 51,25 persen sehingga beda dialek. Lalu, bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh wilayah Banten kecuali pesisir utara.
Antara lain Tangerang, Tangerang Selatan, Serang, Lebak dan Pandeglang. Isolek Sunda di Banten memiliki persentase perbedaan berkisar 51-80 persen, beda dialek jika dibandingkan dengan Sunda di daerah lainnya. Terakhir, bahasa Sunda juga dipakai di Jawa Tengah. Seperti Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, dan masih banyak lagi.
Persentase Sunda di Jawa Tengah dengan daerah lain adalah 51-80 persen sehingga beda dialek menurut dialektometri.
Bahasa apa yang digunakan DKI Jakarta?
5. Melayu – Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat Betawi DKI Jakarta, sering juga disebut bahasa Betawi atau Melayu Betawi. Bahasa Melayu Betawi terdiri dari dua dialek, yaitu dialek Betawi Pusat dan dialek Betawi Pinggiran. Bahasa Melayu Betawi memiliki persentase perbedaan sebesar 75,75 persen dengan bahasa Melayu di Riau.
Apa nama suku bangsa yang ada di provinsi DKI Jakarta?
Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta, dan wilayah sekitarnya yang termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa pula disebut ‘Orang Betawi’, ‘Melayu Betawi’, atau ‘Orang Jakarta ‘ (atau Jakarte menurut logat setempat).
Apakah Jakarta punya bahasa daerah?
Jakarta punya bahasa daerah yang dikenal sebagai Bahasa Betawi, yang dihasilkan dari peleburan berbagai bahasa dan budaya seperti Arab, Tionghoa, Jawa, Melayu, Belanda, dll.
Apa bahasa dari suku Betawi?
Bahasa Betawi yang dikenal dengan berbagai nama: bahasa Betawi, dialek Jakarta, bahasa Melayu local yang hidup di bumi Nusantara ini. Untuk mengenal bahasa ini lebih baik diketengahkan di awal buku ini situasi kebahasan dan kedudukan bahasa ini di antara bahasa Melayu lokal lainnya.
- Sejalan dengan sejarahnya, bahasa Betawi memperlihatkan cirri-ciri khas bahasa Melayu Timur, di samping cirri-ciri umum bahasa Melayu lainnya.
- Ekhasannya yang tampak, baik dalam struktur fonologi, morfologi, maupun sintaksisnya merupakan bahasan pokok buku ini.
- Selain itu, buku ini bukan hanya membahas kehadirannya sebagai bahasa perhubungan antar penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, melainkan secara sepintas dibahas juga tentang lahirnya sejumlah sastra naskah yang tampaknya luput dari perhatian para ahli dan para pemerhati lainnya.
Selain kaya akan sastra lisan dan sastra naskah tersebut, sastra tulis Betawi juga diperkaya dengan berbagai karya kontemporer yang dimuat dalam surat kabar sejak awal abad ke-19. Perannya yang amat penting dalam perkembangna bahasa Indonesia dibahas dalam bab penutup buku ini yang disertai lampiran yang memperlihatkan betapa banyak kata-kata bahasa Betawi dalam Bahasa Indonesia yang oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia ditandai dengan JK.
Info Buku | |
ISBN | 979-461-360-1 |
Dimensi | 14 cm |
Jenis Cover | Softcover |
Jenis Kertas | HVS |
Berat | 200g |
Jumlah Halaman | 160 halaman |
Tahun Terbit | 2000 |
Penerbit | BUKUOBOR |
Kenapa banyak orang Jawa di Jakarta?
Suku bangsa – Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 9.547.541 jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak (36,17%), Betawi (28,29%), Sunda (14,61%), Tionghoa (6,62%), Batak (3,42%), Minang (2,85%), Melayu (0,96%), Madura (0,84%), Bugis (0,71%), Lampung (0,47%), asal Maluku (0,47%), Makassar (0,31%), Minahasa (0,39%), Aceh (0,32), asal NTB (0,26%), asal NTT (0,31%), Bali (0,16%), dan suku lainnya.
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota.
Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung Jumlah orang Jawa banyak di Jakarta karena ketimpangan pembangunan antara daerah dan Jakarta.
- Sehingga orang Jawa mencari pekerjaan di Jakarta.
- Hal ini memunculkan tradisi mudik setiap tahun saat menjelang Lebaran yaitu orang daerah di Jakarta pulang secara bersamaan ke daerah asalnya.
- Jumlah mudik lebaran yang terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah,
- Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2104 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang.
Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat. Bahkan menurut data Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng, 39% Jatim dan 10% daerah lain. Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan, Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter,
Mengapa bahasa Indonesia digunakan sehari hari di DKI Jakarta?
Ilustrasi Masyarakat Jakarta Berinteraksi di Salah Satu Ikon Ibu Kota, yakni Monumen Nasional atau Monas (foto: Okezone) JAKARTA memiliki keragaman bahasa. Yuk kita simak berbagai macam bahasa yang sempat digunakan masyarakat Jakarta dari masa ke masa.
Karena perbedaan bahasa yang mereka gunakan tersebut, pada awalnya Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis atau suku bangsa yang berbeda dengan etnis Melayu dan menyebutnya sebagai orang Betawi (turunan dari kata Batavia).
- Walaupun demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang tetap dipertahankan dalam bahasa asli atau bahasa daerahnya seperti Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan terakhir Cideng), dan lain-lain.
- Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari masyarakat Jakarta adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.
Kendati bahasa daerah juga digunakan oleh penduduk pendatang yang berasal dari daerah lain, seperti bahasa Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, dan juga bahasa Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat bertemunya berbagai suku bangsa. Masyarakat Jakarta, khususnya kalangan anak muda, kini banyak menggunakan bahasa gaul. Bahasa gaul adalah bahasa yang muncul spontan dan merupakan campuran dari beberapa bahasa. Sebagai contoh: Please dong ah!, Cape deh!, dan So what gitu loh! Baca Juga: Menguak Sejarah Little India di Sunter Jakarta Utara Ungkapan gaul ini tentu merupakan campuran dari kata-kata dalam bahasa Inggris dan dialek Betawi.
Apa nama ibu kota Jakarta?
Daftar ibu kota provinsi di Indonesia
Nomor | Nama | Ibu Kota |
---|---|---|
11 | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | Jakarta |
12 | Jawa Barat | Bandung |
13 | Jawa Tengah | Semarang |
Berapa Jumlah kota DKI Jakarta?
DELINEASI KAWASAN – Metropolitan Jabodetabekpunjur terdiri dari 191 Kecamatan yang berasal dari 10 Kota dan 4 Kabupaten. Rincian kecamatan yang terdapat di masing-masing kabupaten dan kota adalah sebagai berikut:
- Kota Administrasi Jakarta Barat terdiri dari 8 kecamatan
- Kota Administrasi Jakarta Pusat terdiri dari 8 kecamatan
- Kota Administrasi Jakarta Selatan terdiri dari 10 kecamatan
- Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari 10 kecamatan
- Kota Administrasi Jakarta Utara terdiri dari 6 kecamatan
- Kota Bekasi terdiri dari 12 kecamatan
- Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan
- Kota Depok terdiri dari 11 kecamatan
- Kabupaten Bekasi terdiri dari 23 kecamatan
- Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan
- Sebagian Kabupaten Cianjur terdiri dari 4 kecamatan (Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi, dan Kecamatan Cipanas)
- Kota Tangerang terdiri dari 13 kecamatan
- Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan
- Kabupaten Tangerang terdiri dari 29 kecamatan
No. | Kabupaten/Kota | Kecamatan | |||||||||||||||
1. | Kota Administrasi Jakarta Barat | Cengkareng | Kebon Jeruk | Taman Sari | |||||||||||||
Grogol Petamburan | Kembangan | Tambora | |||||||||||||||
Kali Deres | Palmerah | ||||||||||||||||
2. | Kota Administrasi Jakarta Pusat | Cempaka Putih | Kemayoran | Senen | |||||||||||||
Gambir | Menteng | Kec. Tanah Abang | |||||||||||||||
Johar Baru | Sawah Besar | ||||||||||||||||
3. | Kota Administrasi Jakarta Selatan | Kebayoran Baru | Pasar Minggu | Jagakarsa | |||||||||||||
Kebayoran Lama | Pesanggrahan | Cilandak | |||||||||||||||
Mampang Prapatan | Setiabudi | ||||||||||||||||
Pancoran | Tebet | ||||||||||||||||
4. | Kota Administrasi Jakarta Timur | Jatinegara | Cakung | Ciracas | |||||||||||||
Kramat Jati | Duren Sawit | Pasar Rebo | |||||||||||||||
Matraman | Makasar | ||||||||||||||||
Pulo Gadung | Cipayung | ||||||||||||||||
5. | Kota Administrasi Jakarta Utara | Kelapa Gading | Pademangan | Tanjung Priok | |||||||||||||
Koja | Penjaringan | Cilincing | |||||||||||||||
6. | Kota Bekasi | Pondok Gede | Bantar Gebang | Bekasi Selatan | |||||||||||||
Jati Sampurna | Mustika Jaya | Bekasi Barat | |||||||||||||||
Pondok Melati | Bekasi Timur | Medan Satria | |||||||||||||||
Jati Asih | Rawa Lumbu | Bekasi Utara | |||||||||||||||
7. | Kota Bogor | Bogor Barat | Bogor Tengah | Bogor Tmur | |||||||||||||
Bogor Selatan | Bogor Timur | Tanah Sareal | |||||||||||||||
8. | Kota Depok | Cinere | Sawangan | Cimanggis | |||||||||||||
Limo | Bojongsari | Sukmajaya | |||||||||||||||
Beji | Cilodong | Pancoran Mas | |||||||||||||||
Cipayung | Tapos | ||||||||||||||||
9. | Kabupaten Bekasi | Cibarusah | Cikarang Selatan | Tarumajaya | |||||||||||||
Serangbaru | Kedungwaringin | Cabangbungin | |||||||||||||||
Setu | Karangbahagia | Kec.
Berapa kali perubahan nama Jakarta?Ketika membicarakan sejarah Jakarta, nama resmi Jakarta menjadi salah satu tema yang menarik untuk dibahas. Betapa tidak, ada beragam nama yang digunakan untuk menamakan ibu kota negara Republik Indonesia ini. Bahkan, Jakarta pernah menggunakan salah satu nama yang diambil dari bahasa Belanda, yaitu Batavia,
Jika dikaji dengan perspektif ilmu hukum administrasi publik, Jakarta telah mengalami pergantian nama sebanyak 13 kali. Namun, jika dikaji dengan perspektif ilmu linguistik, tepatnya sintaksis, yaitu cabang ilmu linguistik yang menempatkan kata dalam kelompok kata, frasa atau kalimat, sebenarnya Jakarta hanya mengalami pergantian nama sebanyak lima kali.
Pada saat itu, Sunda Kelapa dipimpin oleh Syahbandar Tumenggung Sang Adipati. Di bawah kepemimpinannya, Sunda Kelapa mengalami perkembangan pesat menjadi kota pusat perdagangan ekspor komoditas tujuan Malaka, Malaysia. Kesuksesan tersebut didorong oleh banyaknya pedagang Arab dan non-Arab yang berkunjung ke Sunda Kelapa untuk berbelanja rempah-rempah.
Jayakarta Menurut laman Museum Nasional Indonesia, kesuksesan Kerajaan Sunda dalam mengantarkan Sunda Kelapa sebagai kota perdagangan rempah-rempah dunia menarik minat Kesultanan Demak untuk menaklukkan kota tersebut. Kesultanan Demak mengutus Fatahillah untuk melakukan ekspedisi penaklukkan Sunda Kelapa pada tahun 1526. Apa nama bahasa daerah di Yogyakarta?Arus globalisasi yang makin meluas di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia dikhawatirkan kian menggusur eksistensi budaya lokal di masing-masing daerah menuju kepunahan. Seperti kita ketahui, negara kita dikenal dengan keanekaragaman budaya dan adat istiadat serta bahasanya, salah satunya adalah Bahasa Jawa.
Instruksi Walikota tersebut mengacu pada Instruksi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Bahasa Jawa Pada Hari Tertentu Di Lingkungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah lebih dahulu diberlakukan. Instruksi Walikota Yogyakarta tersebut akan diberlakukan pada saat rapat, percakapan melalui telepon, dan percakapan sehari-hari.
Upaya Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk nguri-uri budaya lokal patut untuk kita acungi jempol untuk mencegah semakin tergerusnya nilai kearifan lokal di tengah gempuran budaya populer yang masuk melalui perkembangan teknologi komunikasi. Bahasa apa yang digunakan di Papua?Daftar Bahasa-bahasa Daerah di Indonesia
detector |