Lenong merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang berasal dari suku Betawi.
Apa itu pertunjukan ludruk?
You are here: Home / Kolom Dosen / Kesenian Ludruk Sebagai Hasil Asmiliasi Budaya Jawa-Madura Oleh: Kholis Ridho Ludruk adalah kesenian pertunjukan atau teater tradisional khas dari Jawa Timur. Berbeda dengan ketropak (khas Jawa), ludruk memiliki keunikan tersendiri yaitu menggunakan Bahasa Jawa dan Madura secara bersamaan dengan dialek lugas khas Suroboyo-an. Seperti seni pertunjukan pada umumnya, adegan awal dimulai dengan tarian dan lagu pembuka dengan kidung atau kata nasihat yang disajikan secara “lawakan” atau guyon.
- Adegan tengah atau subtansi pertunjukan biasanya berisi drama keseharian yang popular dan atau sedang hangat jadi sorotan publik saat itu.
- Adang juga mengambil tema sejarah masa lalu berisi perjuangan melawan penjajah Belanda, Jepang dan atau era kerajaan.
- Tokoh sentral yang biasa jadi lakon atau aktor utama seringkali menunjuk pada Sakera, baik untuk menjelaskan konteks masa lalu, dan atau untuk menjelaskan masa kini.
Pada bagian akhir, para pemain ludruk akan menutup kisah drama dengan nasihat dan bahkan kritik social untuk dijadikan atensi sekaligus pesan moral kepada penonton. Keseluruhan pertunjukan ludruk diiringi dengan tarian ngremo, parikan, kidungan dan dagelan yang ditujukan untuk menghibur penonton, sekaligus memudahkan pesan moral dan kritik social-politik tersampaikan secara sederhana dan akrab kepada penonton.
- Varian kesenian ludruk sangat banyak sesuai subkultur baru hasil percampuran Suku Jawa Madura, yaitu Matraman, Arekan dan Pandalungan.
- Dalam catatan penulis sekurangnya Ludruk dipopulerkan oleh Cak Durasim, Cak Kartolo, Kadir, Cak Kirun dan lainnya.
- Selain gamelan, yang tetap dipertahankan dan menjadi keunikan dari Ludruk adalah bahasa campuran, Jawa dan Madura dengan dialek suroboyoan.
Yakni, dua orang atau lebih berkomunikasi dengan bahasa berbeda (Jawa-Madura) tetapi keduanya dapat saling memahami dengan baik. Model kontak sosial dimaksud hanya ada di Jawa Timur, khususnya di wilayah seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang, Pasuruan, Bangil, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Jember, Lumajang dan Banyuwangi.
Dalam catatan sejarah, asimilasi Jawa-Madura menghasilan sub kultur baru Arekan dan Pandalungan baik melalui hasil perkawinan dan sistem social menguat paska proyek jalan raya Daendels dari Anyer-Panarukan (1000 KM) pada 1808. Dalam proyek jalan tersebut, Hindia Belanda memindahkan dalam jumlah ratusan ribu orang Madura ke pesisir pantura Jawa Timur sebagai pekerja proyek, termasuk untuk menggarap banyak proyek lainnya seperti pertanian tebu, tembakau, kopi dan karet (Kuntowidjoyo, 1980).
Secara alamiah kedua etnis hidup bersama beratus-ratus tahun hingga melahirkan generasi baru. Dan kesenian ludruk adalah bagian dari budaya hibrida hasil dari percampuran kedua etnis tersebut. Seperti Oprah Peking (Cina), Ketropak (Jawa), Kabuki (Jepang), Talchum (Korea), Kathakali (India), Kagaroz (Turki), dan teater tradisonal lainnya di dunia, maka Ludruk memberikan edukasi bagaimana hidup bersama, dengan belajar pada masa lalu untuk menghadapi kehidupan masa depan Post Views: 349
Dari manakah asal dari pertunjukan ketoprak?
Kata ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak ) adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa.
Apa ciri ciri pertunjukan ketoprak?
Cirri- ciri ketoprak ini adalah: (1) tidak menggunakan naskah atau skenario, (2) dramatik lakon mengacu pada wayang kulit purwa: (3) dialog bersifat improvisasi, (4) akting dan bloking bersifat intuitif, (5) tatarias dan tatausana realis, (6) musik pengiring gamelan Jawa, (7) menggunakan keprak dan tembang, (8) lama
Apakah ludruk termasuk drama tradisional?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Ludruk adalah suatu kesenian drama tradisional dari Jawa Timur, Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang dipergelarkan di sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Apa manfaat lenong?
Kesenian lenong Betawi berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasi pesan yang biasa terjadi dimata masyarakat. Di dalam perjalanannya kesenian ini merupakan hasil dari proses akulturasi dan interaksi sejak awal yang banyak dipengaruhi oleh budaya cina, arab dan portugis.
Apa kamu ketahui tentang pertunjukan lenong?
Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia.
Apa ciri khas lenong?
Lenong adalah seni teater tradisional rakyat Betawi yang dibawakan dengan bahasa daerah dan dialek khas Betawi. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, gendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyan, dan sukong.
Terdapat dua versi mengenai asal mula lenong. Versi pertama menjelaskan lenong berkaitan dengan seni teater di Tiongkok dan dikembangkan oleh peranakan Tionghoa di daerah perkebunan milik orang-orang Tionghoa di Betawi. Salah satu pengaruh kebudayaan Tionghoa tersebut terlihat dari penggunaan alat musik gambang kromong, seperti yang khim, su kong, ho siang, the hian, gi hian, kong ahian, sembian, dan pan (kecrek).
Versi kedua menjelaskan lenong berasal dari Persia. Pada tahun 1886, Komedi Persia menyebar di Sumatera yang dibawakan oleh para pedagang Persia dan muncul teater semacam lenong di Riau yang bernama Abdul Muluk. Pementasan lenong ini mengusung cara pementasan yang sama dengan teater Komedi Persia.
Dari Riau ini lah Abdul Muluk menjelajah ke Batavia. pada tahun 1914, seni teater Abdul Muluk di Batavia berganti nama menjadi Wayang Dermuluk. Ciri khas lenong sendiri dapat terlihat dari setiap adegan, dialog, tari, dan humor yang dilakukan secara improvisasi. Terdapat dua jenis lenong, yakni Lenong Denes atau Dines dan Lenong Preman atau Jagoan.
Lenong Denes berlatar belakang raja-raja dan kaum bangsawan dari budaya Melayu, seperti Hikayat Indra Bangsawan dan Hikayat Syah Mardan. Lenong Preman berlatang belakang keseharian masyarakat Betawi, seperti pendekar, jawara, atau jago dan jagoan. Lenong Preman juga sering menampilkan adegan silat. https://www.youtube.com/watch?v=Qlk6kYK39PU Lenong Preman, “Si Ronda dari Marunda” https://www.youtube.com/watch?v=wrIsG9z019Q Sumber :
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/10/30/seni-teater-betawi-lenong https://sejarahjakarta.com/2019/05/23/mengusut-asal-usul-lenong/#:~:text=Komedi%20Persia%20menyebar%20ke%20Sumatera,di%20Batavia%20disebut%20Wayang%20Dermuluk,
Bagaimanakah sejarah lahirnya lenong?
Jawaban: Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti “komedi bangsawan” dan “teater stambul” yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
- Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa Alur cerita yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan utuh.
- Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung.
- Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung.
- Etika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela.
Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung. Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
- Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk.
- Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi, yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai tahun 1970-an.
Beberapa seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen.